Alhamdulillah mendapat kesempatan berlibur sejenak bersama keluarga di akhir Juli sampe Agustus selama 3 hari 2 malam. Awalnya hanya ingin menghadiri undangan pernikahan di Jember pada hari Minggu. Tapi setelah dipikir-pikir, perjalanan cukup jauh, bawa anak, sudah pasti akan capek di jalan. Diputuskanlah untuk menginap sekalian extend 1 hari untuk jalan-jalan. Karena Jember adalah tempat tinggal semasa kecil hingga SMA suami, jadi tidak sulit untuk menemukan tempat menginap dan berwisata kemana. Sudah ditentukan kemana saja tapi berhubung sama anak kecil tentu tidak semua tempat bisa terlaksana dikunjungi.
Kebetulan hari Sabtu sedang tanggalan merah. Suami libur kerja deh. Awalnya jauh jauh hari sebelum ada rencana ke Jember, saya sudah daftarkan Aisyah untuk ikut kelas sensory bersama Rumah Kumbang di hari Minggu pagi. Untung bisa di resechdule ke Sabtu pagi. Alhasil Aisyah senang, Ibu Abi juga senang bisa healing.
Di hari Sabtu pagi, sebetulnya acara nya pagi jam 8. Kami dari Subuh sudah riweh banget mempersiapkan segala macam yang harus dibawa. Memang sudah disiapkan sehari sebelumnya tapi entah kenapa selalu di hari H nya itu masih aja tetep riweh gitu. Paham kan buibu semua gimana repotnya kalau mau pergi sama anak. Apalagi ini pagi mau ikut kelas anak dulu terus mampir ke rumah Jiddah, neneknya Aisyah, dulu yang kebetulan memang dekat dari lokasi kelas untuk istirahat suami biar ga capek pas berkendara. Baru berangkat ke Jember. Berangkat menuju kelas pun mepet sekali setengah jam sebelum acara baru berangkat. Sedangkan perjalanan kesana butuh waktu setengah jam pula xixi ampun jangan ditiru kalau suka telat gini ya. Bener aja sampai lokasi kelas uda dimulai. Untung tidak terlalu lama atau jauh mulainya.
Awalnya selama kelas Aisyah tidak mau megang bahkan ikut main pun tidak mau. Diam tapi memperhatikan semuanya dengan lirikan mata yang sungguh aduhai. Saya coba ajak satu persatu ke mainan. Akhirnya mau ikutan main. Semua dicoba dan saat permainan bubble, Aisyah takut. Walhasil tidak ikutan nimbrung bersama anak-anak lain. Bahkan saking betahnya main, disaat anak-anak lain sudah berberes dan pulang, Aisyah masih betah duduk ditengah lapangan rumput sambil bermain sampai mukanya merah banget. Sebagai orangtua sudah cukup kepanasan di tengah lapangan, kami hanya berteduh dibawah pohon sambil mengawasinya dari kejauhan xixi.
Permainan pertama yang mau dimasuki, merangkak, lha kok sampai ujung malah betah rebahan di dalam cukup lama
Keberangkatan kami dimulai setelah Ashar. Sebelum berangkat sudah dibawakan bekal mie goreng, nasi, ayam, dan telor dadar. Tidak lupa sendok. Sampai penginapan tinggal mandi, makan, lanjut bobo deh. Perjalanan dari Surabaya menuju Jember selama 6-7jam melalui tol yang super panjang. Beruntung berangkatnya tidak sore-sore banget. Tidak terkena macet. Jalanan lancar. Jember sebenarnya ada rumah mertua tetapi sudah dikontrakkan. Homestay dekat rumah menjadi pilihan kami karena harganya juga affordable yang hanya untuk tidur saja.
Minggu pagi kami lakukan perjalanan singkat ke Alun-Alun Jember. Lapangannya luas cocok digunakan bermain sepak bola. Banyak penjual makanan dan minuman juga ada beberapa permainan berbayar disana. Ada fasilitas kamar mandi portable tapi kalau merasa tidak nyaman, di dekat sana juga ada masjid besar. Kamar mandi boleh digunakan.
Sepulangnya dari pernikahan, kami kembali ke penginapan untuk beristirahat (tidur siang buat Aisyah) sekaligus orangtuanya. Jujur saja saya tidak expect bahwa Jember adalah kota yang sejuk karena kebetulan saya tidak pernah menginap. Pernah mampir untuk menghadiri acara itupun pulang-pergi dan saya masih kecil sehingga saya tidak ingat.
Rencana awal, sore hari ingin ke Jember Mini Zoo. Sungguh disayangkan karena Aisyah bangunnya molor, dibatalkan. Diputuskan melanjutkan ke destinasi selanjutnya, yaitu Rembangan. Butuh waktu sekitar 30 - 45 menit perjalanan. Lagi-lagi saya tidak menduga selama perjalanan mendapatkan pemandangan yang cukup indah dipandang. Udara sejuk. Jalanan menanjak. Untung suami sudah handal berkendara.
Masuk disambut dengan lapangan rumput luas. Dipinggirnya terdapat beberapa ayunan yang langsung mengarah ke pemandangan alam perbukitan. Udara yang sejuk. Setelah puas duduk di bawah, kami berjalan naik ke atas. Tangga pertama menuju ke kolam renang yang bisa digunakan untuk umum. Karena saat itu sudah menjelang Maghrib, orang-orang sudah selesai berenang dan kolam mulai sepi pengunjung.
Jalan lurus lagi ke depan, lewat tangga lagi. Sampailah di kafenya. Kami memesan sepiring kentang goreng dan secangkir susu hangat. Pilihan menunya cukup banyak dan bervariasi. Untuk harga menurut saya, agak pricey. Tapi masih sedikit ramah di kantong. Makanya saya tidak membeli makanan berat disini. Lebih memilih untuk beli diluar saat perjalanan ke penginapan saja.
Tidak sengaja di meja sebelah kami juga ada anak kecil dan Aisyah selalu menempel ingin bermain bersama
Senin adalah hari terakhir di Jember, sebelum pulang disempatkan ke Pantai Papuma. Butuh waktu sekitar satu jam perjalanan. Di loket masuk Pantai, petugasnya bilang bahwa hari Sabtu dan Minggu sebelumnya ada acara jadi sayang jika datang hari Senin. Justru saya mencari hari sepi karena lebih bisa menikmati suasana, waktu, dan kebersamaan lebih intimate tanpa pusing melihat keramaian yang penuh sesak.
Drama huru hara pun dimulai. Kami pulang dari pantai ke penginapan sekitar jam 12 siang sedangkan jam chekout pun sudah terlewat akhirnya diputuskan untuk late checkout sampai jam 3. Selama perjalanan kembali ke penginapan saya sudah berpesan beberapa kali untuk mampir ATM karena cash yang dibawa semakin menipis dan penginapan belum bayar. Tapi suami berdalih, tidak perlu, bayar nya bisa transfer (padahal BELUM tanya). Dan bensin juga sudah tinggal 4 strip, saya minta buat diisi sekalian tapi katanya nanti saja pas perjalanan pulang. Oke saya turuti.
Dan benar saja, saat checkout, pemilik bilang hanya terima cash. Akhirnya suami cari ATM terdekat sendiri. Ternyata lagi, uang di ATM sudah nge pres, cukup hanya untuk bayar penginapan. Tanpa konfirmasi saya dulu biar saya lebihkan lagi isinya biar bisa diambil tambahan untuk bensin. Dari Surabaya bensin sudah diisi full tank. Baru di hari terakhir ini bensin tinggal dikit menurut saya, tapi tidak begitu menurut mas Wasiq. Baiklah saya diam. Sebelum pulang kebetulan uda janjian mau bertemu sama seseorang di pondok untuk mengambil berkas dan Aisyah bermain sebentar di taman bersama anak salah seorang kerabat.
Perjalanan pulang berlanjut. Etoll sudah saya isi. Waktunya cari pom bensin. Saya sudah bilang yuk cari ATM buat isi bensin. Lagi-lagi tidak perlu katanya "pake LinkAja". Oke, saya isi. Dan ternyata saat ada pom bensin mampir, pertalite habis juga tidak bisa pake mypertamina. Uang cash yang tersisa hanya Rp50.000,-. Jeng jeng mulai lah saya bete. Satu pertamina ke pertamina lain "PERTALITE HABIS, MYPERTAMINA TIDAK BISA". Sampai jam 7 malam, masih tidak ada tanda-tanda pertalite ada yang bisa pakai mypertamina. Padahal bensin sudah tersisa 2 strip saja. Begitu pula ATM sepanjang perjalanan ini rasanya sulit sekali ditemui. Apalagi kami pengguna BSI tidak di semua tempat ada. Apa semakin tidak bete itu saya. Andai saja dari awal nurut sama istri kan perjalanan menjadi lebih membahagiakan. Healingnya juga bisa tersalurkan dengan tepat tanpa emosi.
Akhirnya di pom bensin berikutnya, mau tidak mau harus diisi dengan pertamax dengan sisa uang yang ada. Bahkan ATM apapun dijabanin lah untuk ambil uang agar bisa isi bensin lebih banyak lagi. Sekalian mampir untuk sholat Maghrib dan Isya. Lapar? Apa itu lapar? Sudah tidak selera bahkan saking kesalnya. Sebelum masuk tol ada pom bensin lagi, pertalite tersedia, mypertamina juga bisa. AKHIRNYA!!!! Setelah beberapa jam mencari, penantian dan bete pun berakhir.
Catatan penting untuk para bapak suami, feeling atau insting seorang wanita, istri, dan ibu itu kuat. Jadi turutilah! Kalau tidak sepanjang perjalanan bakalan ngomel-ngomel kesal, suasana tidak enak, healing juga tidak ada gunanya. Bukannya pulang dengan capek bahagia tapi capek penuh kedongkolan. Satu poin penting lainnya, saat berlibur ke kota yang tidak kita ketahui pasti, bawalah uang cash yang banyak. Kelebihan tidak apa daripada sengsara sepanjang perjalanan.
Salam Hangat,
Annisa Nurlaili