MOTHERHOOD 01 | Menjadi New Mom
13.26Hari ini bertepatan dengan Hari Ibu, saya ingin menumpahkan berbagai macam perasaan suka dan duka selama menjadi Ibu baru yang telah saya lewati 2 bulan ini. Menjadi Ibu itu ternyata tidak semudah melihat orang lain yang berperan menjadi Ibu. Sebelum menjadi Ibu setiap bertemu dengan anak kecil rasanya bahagia bisa mengajak bermain dan bercanda. Namun di masa telah menjadi Ibu, rasa bahagia itu tetap ada dan akan terus bertambah yang diiringi rasa lelah penuh perjuangan.
Awalnya harus berjuang selama masa kehamilan. Memang setiap Ibu akan mengalami hal hal berbeda saat hamil. Ada yang mual muntah di awal semester bahkan sampe di semester 3 (seperti saya). Ada pula yang harus mengalami totally bed rest saat hamil. Kebalikannya pun ada yang tidak merasakan itu semua, istilahnya hamil kebo. Belum lagi perjuangan saat persalinan. Entah itu normal atau operasi caesar. Keduanya sama sama punya arti sendiri dan memiliki plus minusnya sendiri. Sesuai pilihan dan keadaan masing masing Ibu. Dari kedua pilihan persalinan itu, yang terpenting adalah Ibu dan bayi sehat dan dalam keadaan utuh.
Bagi saya, menjadi Ibu adalah hal yang memang dipersiapkan setiap wanita dari sebelum menikah. Alhamdulillah saya dikasih kepercayaan anak dengan cepat setelah menikah. Yang saya sedikit sesalkan adalah persiapan ilmu dan mental masih terasa sangat kurang walau sudah 10 tahun saya berkutat dengan 9 ponakan. Terasa sangat berbeda ketika saya memilikinya sendiri. Selama 24 jam setiap harinya bersama saya. Setiap hari menjadi tempat pembelajaran saya mengenai parenting. Hari satu ke hari lainnya cara menidurkan anak pun bisa berbeda sesuai dengan kondisi anak. Selain itu ilmu dalam menyusui pun seharusnya sudah dipelajari sedikit sedikit dari sebelum persalinan.
Mengontrol emosi dan bersabar juga menjadi salah satu PR terbesar saya. Kadang masih suka emosi sama omongan yang tidak sesuai sama saya. Apalagi ketika Aisyah menangis terus. Disusuin sudah, ganti popok juga sudah, tapi tetap menangis. Terkadang membuat saya frustasi karena saya masih belum mengerti arti tangisan bayi. Belum lagi kalau menangis pada malam hari, butuh ekstra tenaga untuk menggendong dan menenangkan.
Harus bangun tengah malam saat Aisyah lapar atau haus dan mengganti popok. Untuk saya yang tidak terbiasa tidur atau bangun tengah malam, terasa berat. Mata masih mengantuk, saya harus terjaga untuk memastikan bahwa ketika Aisyah menyusu pas dan lubang hidungnya tidak tertutup. Juga harus memastikan bahwa popok yang digunakan tidak penuh agar nyaman saat tidur.
Menjadi Ibu sangatlah tidak mudah. Bahkan seorang anak perempuan baru akan merasakan betapa susahnya seorang Ibu setelah ia melahirkan dan merasakannya sendiri. Saya pun begitu. Menjadi Ibu harus merelakan dirinya capek, mulai menggendong, memandikan, menyusui, dan merawat hingga dewasa. Apalagi dari hari pertama bersama anak, semua semuanya saya urus sendiri. Alhamdulillah memiliki suami yang rela membantu saya mengurus anak. Sehingga saya merasa sangat terbantu sekali dengan bantuannya. Dari awal kehamilan saya pernah berpesan ke mas Wasiq kalau anaknya perempuan, maka ia harus dekat dengan Abi nya biar ketika besar tidak mencari cinta pria dari lelaki yang belum halal.
Namun secapek apapun seorang Ibu, melihat anaknya tumbuh kembangnya baik, sehat, dan bahagia, segala rasa lelah pun hilang begitu saja. Saya merasakan itu. Bahagianya seorang Ibu memang semudah itu saja. Bahkan menggendong selama apapun tidak terasa kram seperti dulu ketika menggendong ponakan saya yang sebentar saja sudah kram. Eh mungkin untuk saat ini masih terasa ringan ya, berat badannya masih dibawah 10kg. Mungkin ketika beratnya semakin bertambah baru akan terasa kram ketika menggendong lama. Menjadi Ibu pun merubah mind set, tidak melulu tentang diri sendiri. Ego pun menurun. Semua demi anak. Apa apa untuk anak. Belanja isinya untuk anak. Ketika pergi sebentar tanpa anak pun rasanya tidak tenang memikirkan bagaimana anak dirumah, rewel tidaknya, sudah bangun belum, sudah lapar belum, dan sebagainya.
Maka dari itu, kepada semua Ibu yang sudah berpengalaman dan Ibu baru, saya ucapkan terima kasih atas dedikasinya dalam merawat dan membesarkan anak. Segala upaya apapun dilakukan anak untuk membalasnya tidak akan terasa cukup. Namun setiap anak pasti bangga memiliki Ibu seperti kalian bagaimanapun bentuk, rupa, sifat, dan karakternya. Mereka tetap mencintaimu.
Saya sebagai Ibu baru masih akan terus belajar tentang parenting. Saya hebat dan kalian pun sama sebagai Ibu. Kita sama sama belajar. Saya tidak akan menggurui tentang parenting orang lain karena setiap anak memiliki karakter berbeda sehingga caranya pun berbeda. Saya kagum pada para Ibu yang memilih melepaskan segala gelar pendidikan hingga pekerjaan untuk mengabdi menjadi Ibu rumah tangga. Para Ibu yang memilih sambil bekerja pun saya kagum karena kalian bisa membagi waktu dan tenagamu antara bekerja dengan urusan rumah. Keduanya adalah keputusan masing masing, sesuai keinginan dan kemampuan.
Walaupun bertemu dan bermain dengan anak kecil atau balita bukan hal baru bagi saya, tapi merawat dan membesarkan dari nol adalah hal baru. Terlebih kelahirannya sehari setelah saya berduka atas meninggalnya Papa. Ketika masih terpukul dan berduka, saya langsung harus berjuang melahirkan. Saya bahagia berhasil melahirkan putri mungil namun saya sedih karena Papa belum sempat bertemu dengan cucu dari saya.
Sehari setelah Aisyah lahir, jam 18.00 saya dan mas Wasiq pulang ke rumah. Sesampai dirumah, kami telah disambut oleh Ibu, kakak kakak, dan bude Fat (kakak dari Papa). Malam itu akan diadakan Tahlilan untuk Papa. Kalau sesuai paketan persalinan di RS saya masih boleh stay disana tapi saya memaksa pulang karena saya tahu saya dalam keadaan hamil 9 bulan - berduka - melahirkan - newmom, saya butuh support dan butuh bertemu banyak orang agar saya bersemangat. Rumah sakit terasa sangat asing dan saya tidak nyaman berlama lama. Saya juga bersyukur, saya tinggal serumah dengan Ibu, yang awalnya memilih tinggal bersama untuk menjaga Papa karena Ibu ditugaskan di luar kota, kini saya bertanggung jawab menjaga dan menemani Ibu. Lagipula, InsyaAllah dengan adanya Aisyah bisa menghibur Ibu dalam kesedihan kehilangan serta menjadi obat tambahan untuk kemo.
Setidaknya dirumah, saya bisa mendapatkan ilmu ilmu baru sebagai newmom dari Ibu dan mbak Aan - istri mas Ijal - yang datang dari Jogja dan menginap dirumah bersama. Serta ada ponakan ponakan sebagai penghibur saya, meramaikan rumah, dan bisa saya ajak ngobrol santai. Terutama Nayla - anak mas Ijal - dihari setelah akad, dia sudah request kalau nanti saya melahirkan anak cewek saja biar ada teman mainnya karena adik dan sepupu sepupu kebanyakan cowok. Request annya terkabul dan Nayla senang.
Di hari pertama, sesaat para kakak pulang ke rumah masing masing dan waktunya istirahat, tiba tiba Aisyah nangis terus tidak mau tidur dan nafasnya grok grok seperti pilek. Lalu saya teringat bahwa ada yang bilang salah satu keponakan sedang pilek. Panik dong saya. Baru hari pertama masa sudah nangis. Sedangkan menyusunya masih sedikit sekali. Tengah malam akhirnya mas Wasiq ke apotek dan disarankan untuk menggunakan Transpulmin. Alhamdulillah atas izin Allah, lumayan ampuh walaupun beberapa kali masih sempat rewel. Keesokannya sudah sangat membaik.
Dua hari setelah kepulangan mas Ijal, saya merasa tidak kesepian karena selama tiga hari berturut turut dirumah ramai karena suara dan para ponakan yang datang ke rumah dan bermain bersama. Setidaknya dengan saya pulang dari RS dengan cepat mampu mengobati rasa capek dan sakit yang saya rasakan usai melahirkan.
Sebagai newmom, saya masih belajar banyak hal baru mengenai merawat anak. Meski saya dan mas Wasiq sudah merencanakan untuk masa depan anak, bagaimanapun ke depannya tidak ada yang tahu seperti apa. Berulang kali setiap saya merasa tidak becus dalam merawat anak, saya akan selalu meminta maaf kepada Aisyah.
Semoga saya bisa menjadi Ibu yang baik untuk Aisyah dan anak anak saya kelak. Bismillah untuk pengalaman dan perjalanan yang baru dimulai lagi dari awal. Mohon doakan kami agar bisa menjadi orang tua yang hebat dan membanggakan dimata anak anak kami!
With love,
Annisa Nurlaili
0 komentar